Sabtu, 05 Juni 2010

Atas nama cinta

Seorang Julius Caesar, kaisar Romawi rela kehilangan kehormatan, kesetiaan dan bahkan negaranya demi si Ratu Penggoda : Cleopatra. Semua dia lakukan (kata ahli sejarah) atas nama cinta. Kisah lain yaitu seorang pemuda bernama Romeo, demi seorang wanita, rela kehilangan keluarga, dan tentu saja nyawa....sekali lagi itu atas nama cinta

Jangan salah paham, contoh di atas bukan berarti menyimpulkan bahwa hanya laki-laki saja yg rela kehilangan segala-galanya demi cinta. Perempuan juga banyak, bahkan salah satunya adalah contoh kisah nyata salah satu teman gue yang masih duduk di bangku SMP sudah berani meninggalkan keluarganya demi cowok pujaan hatinya di Malaysia. Siapa dia? Kurasa itu tidak penting, identitasnya bukan hal utama di sini, yang penting adalah banyak orang yang jatuh cinta sepertinya rela melakukan apa saja demi cinta, dengan tanpa pikir panjang, mereka akan nekat, buta layaknya memakai kacamata kuda hanya melihat satu hal dan satu hal saja, CINTA.

Apakah mati demi cinta adalah perbuatan bodoh? Apakah semua perbuatan atas nama cinta itu salah? Apa yang membedakan satu hal benar dan satu hal salah. Gue ga mau sok-sok mengerti apalagi menghakimi. Jujur gue bukan pujangga yg bisa mengartikan apa itu cinta, gue juga bukan seorang penyair yg berusaha melukiskan arti kata tersebut, gue bahkan bukan seorang sutradara yg mencoba mengarahkan sebuah tema terakbar abad ini, yaitu cinta. Gue sama seperti kalian semua, masih bingung, masih mencoba memahami dan mencari sosok cinta itu sendiri. Yang gue tahu cinta emang ga ada habisnya kalo dibicarain (saat ini bahkan 3 org sahabat gue sedang bercurhat-curhatan ria di kos membicarakan ttg cinta, hahaha.....tidurrr woiii jgn gosip terus), cinta..cinta...hmmm....mungkin satu-satunya yang bisa mengerti cinta itu adalah.......akkhh...kayaknya jangan gue yang menjawab soal ini, mungkin satu cerita di bawah ini yg bisa memberitahu jawaban atas pertanyaan di atas.

Dahulu kala, ada sebuah pulau kecil dengan berbagai macam kehidupan. Kebahagiaan, Kesedihan, Pengetahuan, dan Cinta, serta Emosi-Emosi yang lain, tinggal di pulau ini.

Suatu hari, Emosi mengetahui bahwa pulau itu akan tenggelam. Setiap orang kemudian bersiap-siap untuk meninggalkan pulau itu, kecuali Cinta. Cinta bersikeras bahwa dia akan tinggal di pulau itu hingga menit terakhir.

Beberapa hari kemudian, ketika pulau itu hampir tenggelam, Cinta berpikirkan untuk meminta bantuan. Pada saat itu, ia melihat Kekayaan lewat dengan sebuah kapal besar.

Cinta bertanya: "Kekayaan, maukah Anda membawa saya bersama Anda?" Kekayaan berkata: "Tidak, kapalku penuh dengan emas, perak dan harta lainnya. Tidak ada ruang untuk Anda." Lalu Cinta melihat Kesombongan sedang di atas sebuah kapal yang sangat megah dan bertanya: "Kesombongan, tolong bantu saya! "

Kesombongan berkata: "Saya tidak bisa membantu Anda. Anda basah kuyup dan dan hanya akan mengotori kapal saya yang indah. "

Ketika Kesedihan lewat, Cinta meminta bantuan: "Kesedihan, biarkan saya pergi dengan Anda." "Oh, saya sangat sangat sedih, saya hanya ingin sendirian!" jawab Kesedihan.

Ketika Kebahagiaan lewat, karena terlalu gembira, ia tidak mendengar saat Cinta memanggilnya minta tolong. Tiba-tiba, sebuah suara memanggil: "Kemarilah, Cinta. Saya akan membawa Anda bersama saya.” Dia adalah seorang bapak tua. Cinta sangat bersuka cita karena harapannya terwujud hingga lupa untuk menanyakan nama orang tua tersebut. Ketika mereka sampai di darat, orang tua itu telah pergi.

Cinta sangat berterima kasih dan bertanya kepada orang tua yang lain siapa nama orang tua yang telah menyelamatkan dirinya tadi. "Namanya adalah Waktu," Pengetahuan menjawab. "Waktu?" Cinta bertanya, "Mengapa Waktu berkehendak untuk menolong saya?"

Pengetahuan tersenyum: "Itu karena hanyalah Waktu, satu-satunya yang dapat memahami betapa besarnya Cinta itu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar